PERBANYAKAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN SECARA VEGETATIF BUATAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perbanyakan
tanaman merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk menyediakan materi
tanaman baik untuk kegiatan penelitian maupun program penanaman secara luas.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara vegetatif. Dengan penerapan teknik
pembiakan vegetatif akan diperoleh bibit yang memiliki struktur genetik yang
sama dengan induknya (Na’iem,1999), sehingga penggunaan materi genetik yang
unggul sebagai bahan untuk perbanyakan merupakan kunci untuk menghasilkan
anakan yang berkualitas. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada
di bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang
memiliki akar, batang, dan daun sekaligus. Perbanyakan vegetatif dapat
dilakukan dengan cara mencangkok, setek, rundukan, dan kultur jaringan.
Keunggulan
perbanyakan ini adalah menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama
dengan pohon induknya. Selain itu, tanaman yang berasal dari perbanyakan secara
vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah. Sementara itu, kelemahannya adalah
membutuhkan pohon induk dalam jumlah besar sehingga membutuhkan banyak biaya.
Kelemahan lain, tidak dapat menghasilkan bibit secara massal jika cara
perbayakan yang digunakan cangkokan atau rundukan.
Definisi Vegetatif
Pembibitan
secara vegetatif merupakan pembibitan yang menggunakan bagian vegetatif tanaman
(daun, tunas, batang, akar, jaringan, organ) dapat menjadi alternatif bagi
industri bibit karena tidak tergantung pada musim buah. Keberhasilan pembibitan
sangat dipengaruhi oleh kecocokan metode, kondisi lingkungan, dan jenis tanaman
(Djam’an, 2009).
Perbanyakan
tanaman secara vegetatif sangat penting artinya untuk pengembangan klon dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kegiatan pemuliaan pohon karena,
karanannya yang sangat besar dalam meningkatkan perolehan genetik bandingkan
dengan benih hasil, penyerbukan alam (Shelbourne, 1992 dan Rimbawanto, 2000).
Tujuan Perkembangan dan Perbanyakan Vegetatif
1. Untuk
menghasilkan anakan yang berkualitas
2. Untuk
memperoleh anakan yang seragam
3. Untuk
mendapatkan produksi lebih cepat
Metode dalam perkembangan vegetatif
Terdapat
beberapa teknik pembiakan vegetatif yang banyak diterapkan untuk menghasilkan
bibit pada jenis-jenis tanaman. Penerapan teknik-teknik tersebut tergantung
pada tujuan penanaman dan kemampuan masing-masing jenis untuk diperbanyak
secara vegetatif (Hartmann et al., 1990). Beberapa metode dalam
perkembangan vegetatif, yakni:
A. Mencangkok (air layering)
Mencangkok
merupakan teknik yang dlakukan untuk mendapatkan anakan sebagai bahan tanaman
dalam pembangunan bank klon, kebun benih klon, kebun persilangan karena dengan
teknik ini bersifat dewasa sehingga lebih cepat berbunga dan berbuah.
Cangkok sangat cocok dilakukan
pada tanaman buah-buahan yang batangnya berkayu, seperti mangga, jeruk, jambu
biji, belimbing manis, lengkeng, serta tanaman hias seperti bugenvil, mawar,
dan kemuning (Redaksi AgroMedia, 2008).
Pencangkokan dilakukan dengan
cara menyayat dan mengupas kulit sekekeliling batang, lebar sayatan tergantung
dengan jenis tanaman yang dicangkok. Penyayatan dilakukan sedemikian rupa
sehingga lapisan kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis). Setelah
luka yang dibuat cukup kering, Rootone-F diberikan sebagai perlakuan agar bahan
cangkokan cepat berakar. Media yang digunakan terdiri dari tanah dan kompos
kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Bila batang diatas sayatan
telah menghasilkan sistem perakaran yang bagus, batang dapat dipotong dan bisa
langsung dipindah tanamkan.
Menurut Rochiman dan Harjadi
(1973), hal yang erlu di perhatikan dalam pencangkokan tanaman adalah:
(1) waktu mencangkok, sebaiknya
dilakukan pada musim hujan agar tidak melakukan penyiraman berulang-ulang.
(2) Memilih batang cangkok, pohon
induk yang digunakan adalah yang umumnya tidak terlalu tua atau terlalu muda,
sehat, kuat dan subur serta banyak dan baik buahnya.
(3) pemeliharaan cangkokan,
pemeliharan sudah dikatakan cukup apabila media cangkokan cukup lembab
sepanjang waktu.
Keunggulan cangkok adalah mudah
dlakukan, dan tingkat keberhasilannya tinggi. Selain itu, tanaman yang
dihasilkan dapat pohon mewarisi 100% sifat induknya.namun, tanaman hasil
cangkok juga memiliki kelemahan, yaitu percabangannya tidak lebat dan tidak
kompak, serta produktivitas buahnya terbatas.
B. Stek
Keberhasilan dengan cara stek
ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga
menjadi tanaman baru yang true to name
atau true to type. Regenerasi akar
dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu dari tanaman itu sendiri dan
ekstern yaitu dari lingkungan sekitar. Salah satu faktor intern yang
mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai
zat pengatur tumbuh. Faktor intern yang paling penting dalam mempengaruhi regenerasi
akar dan pucuk pada stek adalah faktor genetik. Jenis tanaman yang berbeda
mempunyai regenerasi yang berbeda pula. Untuk menunjang keberhasilan
perbanyakan tanaman dengan cara stek, tanaman sumber seharusnya memiliki
sifat-sifat unggul serta tidak terkena hama dan penyakit. Selain itu,
manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan status fisiologi tanaman sumber juga
penting dilakukan agar tingkat keberhasilan stek tinggi. Kondisi lingkungan dan
status fisiologi yang penting bagi tanaman sumber diantaranya:
a. Status
air. Stek lebih baik diambil pada pagi hari dimana bahan stek dalam keadaan
turgid.
b. Temperatur.
Tanaman stek lebih baik ditumbuhkan pada suhu 12°C hingga 27°C.
c. Cahaya.
Durasi dan intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman sumber tergantung pada
jenis tanaman, sehingga tanaman sumber seharusnya ditumbuhkan pada kondisi
cahaya yang tepat.
d. Kandungan
karbohidrat. Untuk meningkatkan kandungan karbohidrat bahan stek yang masih ada
pada tanaman sumber bisa dilakukan pengeratan untuk menghalangi translokasi
karbohidrat. Pengeratan juga berfungsi menghalangi translokasi hormon dan
substansi lain yang mungkin penting bagi pengakaran. Sehingga terjadi akumulasi
zat-zat tersebut pada bahan stek. Karbohidrat digunakan dalam pengakaran untuk
membangun kompleks makromolekul. Elemen struktural dan sebagai sumber energi.
Walaupun kandungan karbohidrat dalam bahan stek tinggi, tetapi jika rasio C/N
rendah maka inisiasi akar juga akan terhambat karena unsur N berkorelasi
negatif dengan pengakaran stek (Hartmann et
al., 1997).
Faktor
lingkungkan tumbuh stek yang cocok sangat berpengaruh pada terjadinya
regenerasi akar dan pucuk. Lingkungan tumbuh atau media pengakaran seharusnya
kondusif untuk regerasi akar yaitu cukup lembab, evapotranspirasi rendah,
sistem drainase dan aerasi baik, suhu tidak terlalu dingin atau panas, tidak
terkena cahaya penuh, dan bebas dari hama atau penyakit.
Ada
beberapa Teknik dalam metode stek, yaitu:
1.
Stek batang
Stek
batang dilakukan dengan cara diambil dari batang atau cabang pohon induk.
Beberapa tanaman yang bisa di perbanyak dengan teknik ini diantaranya
kedondong, jambu air, jeruk, bougenvil, kembang sepatu, mawar, dan melati.
Kadang-kadang
stek batang yang ditanam sulit mengeluarkan akar sehingga perlu diberi
perlakuan khusus (Redaksi AgroMedia, 2008). Berikut ini beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk merangsang pertumbuhan akar;
a.
Mengerat Batang
Pengeratan
dilakukan agar cabang yang distek memiliki kandungan karbohidrat dan auksin
yang cukup untuk membentuk akar. Pengeratan dilakukan 1-2 bulan sebelum cabang
dipotong.
b.
Mengetiolasi Batang
Etiolasi
dilakukan dengan cara membungkus bagian cabang stek dengan kertas, plastik atau
kain. Warna pembungkus sebaiknya hitam agar cahaya matahari tidak dapat
menembus kulit cabang yang dibungkus sehingga zat klorofil hilang dan zat
auksin berkumpul.
c.
Menggunakan Hormon Tumbuh
Secara
alami tanaman menghasilkan hormon tumbuh sendiri, yaitu auxin. Hormon auxin
yang dapat digunakan berupa IBA, IAA, atau NAA.
2.
Stek pucuk (leafy cuttings)
Stek
pucuk adalah metode perbanyakan vegetatif secara makro dengan menumbuhkan
terlebih dahulu tunas-tunas axilar pada media persemaian sampai berakar sebelum
dipindahkan ke lapangan
Dalam
perkembangannya teknik ini dilakukan dengan menggunakan matei yang berukuran
kecil sehingga dikenal mini cuttings dan micro cuttings seperti telah
dikembangkan secara komersial untuk jenis Eucalyptus
spp di brazil.
3.
Stek akar
Umunya
bahan stek akar yang diambil adalah akar sekunder yang terbuka dan telah
menumbuhkan tunas baru serta potongan akar sekunder. Cara yang dilakukan adalah
dengan menggali dan memotong bagian akar sekunder. Apabila bahan stek yang
diambil berasal dari bagian akar yang telah menumbuhkan tunas yaitu dengan cara
menggali tanah sekitar tegakan,setelah terubusan akar terlihat baru dilakukan
pemotongan bagian akar dengan menyisakan sebagian akar dan sebagian akar,
sehingga berbentuk stump yang siap ditanam dalam polybag.
4.
Stek Daun
Bahan
awal perbanyakan yang dapat digunakan untuk stek daun berupa lembaran daun.
Bahan awal stek daun tidak akan menjadi bagian dari tanaman baru. Penggunaan
bahan yang mengandung kimera peiklinal dihindari agar tanaman-tanaman baru yang
dihasilkan bersifat type to type
(Hartmann et al., 1997).
Akar
dan tunas baru pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer atau
meristem skunder. Masalah pada stek daun umumnya adalah pembentukan tunas-tunas
adventif, bukan akar adventif. Pembentukan akar adventif pada daun lebih mudah
dibanding pembentukan tunas-tunas adventif.
Secara
teknis stek daun dilakukan dengan cara memotong daun dengan panjan 7,5-10 cm
atau memotong daun beserta petiolnya kemudian ditanam pada media (Hartmann et al., 1997).
5.
Stek Umbi
Pada
stek umbi, bahan yang digunakan adalah umbi batang, umbi akar, umbi sisik dan
lain-lain. Sebagai bahan perbanyakan, umbi dapat digunakan utuh atau
dipotong-potong dengan syarat setiap potongannya mengandung calon tunas. Untuk
menghindari busuk pasa setiap potongan umbi, maka umbi perlu dierandap
bakterisida dan fungisida.
C. Menempel (okulasi)
Perbanyakan
tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam perkebunan terutama
pada perkebunan karet dan kakao. Beberapa kelebihan dari perbanyakan tanaman
dengan cara okulasi yaitu :
(1)
Dengan cara diokulasi dapat diperoleh tanaman yang dengan produktifitas yang
tinggi.
(2)
Pertumbuhan tanaman yang seragam.
(3)
Penyiapan benih relatif singkat.
(4) Pada
musim gugur daun pada tanaman karet daun yang gugur dari satu klon agar
serentak pada waktu tertentu, dengan demikian akan memudahkan pengendalian
penyakit Oidium hevea bila terjadi.
Kelemahan
dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi yaitu :
(1)
Terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi karena
tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres)
(2)
perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini.
(3) Bila
salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemngkinan gagal
atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.
Syarat
tanaman dapat diokulasi yaitu :
(1)
Tanaman tidak sedang Flush (sedang tumbuh daun baru)
(2)
Antara batang atas dan batang bawah harus memiliki umur yang sama.
(3)
Tanaman harus masih dalam satu family atau satu genus.
(4) Umur
tanaman antara batang atas dan batang bawah sama.
(5) Pada
klon yang dijadikan batang bawah memiliki perakaran yang kuat/kokoh, tidak
mudah terserang penyakit terutama penyakit akar, mimiliki biji/buah yang banyak
yang nantinya disemai untuk dijadikan batang bawah, umur tanaman induk pohon
batang bawah yang biji/buahnya akan dijadikan benih untuk batang bawah minimal
15 tahun, memiliki pertumbuhan yang cepat.
(6) Pada
klon yang akan dijadika batang atas atau entres tanaman harus memiliki produksi
yang unggul, dan memiliki pertumbuhan yang cepat, dan tahan terhadap penyakit.
D. Penyambungan (grafiting)
Grafiting
adalah seni penyambungan 2 jaringan tanaman hidup sedemikian rupa sehingga
keduanya bergabung dan tumbuh serta berkembang sebagai satu tanaman gabungan.
Teknik apapun yang memenuhi kriteria ini dapat digolongkan sebagai metode
grafiting.
Perbanyakan
secara grafiting merupakan teknik perbanyakan yang mahal karena memelukan
banyak tegana terlatih dan waktu. Teknik ini dipilh dengan pertimbangan untuk
memperbanyak tanaman yang tidak bisa atau sukar diperbanyak dengan cara stek,
rundukan, pemisahan atau dengan cangkok. Menurut Ashari (1995), banyak jenis
tanaman yang sukar untuk diperbanyak dengan cara-cara tersebut. Tetapi mudah
dilakukan denga penyambungan. Misalnya pada belimbing, mangga, manggis jeruk
dan durian.
Penyambungan
dilakukan dengan cara menyambungkan scion berupa bagian pucuk atau tunas dari
tajuk pohon pius pada tanaman batang bawah yang telah disediakan. Cara ini
banyak dilakukan pada singkong dan buah-buahan. Mula-mula biji disemaikan.
Setelah tumbuh lalu disambung dengan ranting/cabang dari pohon sejenis yang
buahnya baik. Kemiringan potongan kurang lebih 45°. Diameter batang atas harus
sesuai dengan diameter batang bawah. Kedua sambungan itu diikat dengan kuat.
Diusahakan agar tidak terjadi infeksi. Buah yang dihasilkannya akan sama dengan
buah yang dihasilkan pohon asalnya.
Alasan
lain melakukan grafiting menurut Hartmann (1997), yaitu:
(1)
untuk memperoleh keuntungan dari batang bawah tertentu, seperti perakaran kuat,
toleran terhadap lingkungan tertentu.
(2)
mengubah kultivar dari tanaman yang telah berproduksi, yang disebut top working.
(3)
mempercepat kematangan reproduktif dan produksi buah lebih awal.
(4)
mempercepat pertumbuhan tanaman dan mengurangi waktu produksi.
(5)
mendapatkan bentuk pertanaman khusus.
(6)
memperbaikin kerusakan tanaman.
Aplikasi
grafiting juga dapat dilakukan untuk membuat satu tanaman dengan jenis yang
berbeda-beda, untuk mengatasi masalah polinasi dalam kasus self-incompability
atau tanaman berumah dua (Ashari, 1995).
E. Kultur jaringan (tissue culture)
Kultur
jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur
jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian
tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut
dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh
dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat
memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari
teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian
vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Tahapan
yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
(1) Pembuatan media
(2) Inisiasi
(3) Sterilisasi
(4) Multiplikasi
(5) Pengakaran
(6) Aklimatisasi
(1) Pembuatan media
(2) Inisiasi
(3) Sterilisasi
(4) Multiplikasi
(5) Pengakaran
(6) Aklimatisasi
Media
merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi
media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak.
Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon.
Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain.
Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya
maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.
Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca.
Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan
autoklaf.
Inisiasi
adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian
tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
Sterilisasi
adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat
yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang
disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang
melakukan kultur jaringan juga harus steril.
Multiplikasi
adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media.
Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi
yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah
ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril
dengan suhu kamar.
Pengakaran
adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang
menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan
baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan
perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur.
Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau
biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
Aklimatisasi
adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng.
Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan
sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan
hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap
serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan
lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan
bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
Keunggulan
inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk mulai mengembangkan usaha kultur
jaringan ini. Saat ini sudah terdapat beberapa tanaman kehutanan yang
dikembangbiakkan dengan teknik kultur jaringan, antara lain adalah: jati,
sengon, akasia, dll.
Bibit
hasil kultur jaringan yang ditanam di beberapa areal menunjukkan pertumbuhan yang
baik, bahkan jati hasil kultur jaringan yang sering disebut dengan jati emas
dapat dipanen dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan
tanaman jati yang berasal dari benih generatif, terlepas dari kualitas kayunya
yang belum teruji di Indonesia. Hal ini sangat menguntungkan pengusaha karena
akan memperoleh hasil yang lebih cepat.
Keuntungan
Pemanfaatan Kultur Jaringan yaitu:
(1)
Pengadaan bibit tidak tergantung musim.
(2)
Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih
cepat (darisatu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan
minimal 10.000 planlet/bibit).
(3)
Bibit yang dihasilkan seragam.
(4)
Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu).
(5)
Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah.
(6)
Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan
lingkungan lainnya.
Kultur
jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian
tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh
(sempurna) dikondisi invitro (didalam gelas).
Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan
tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama atau seragam dengan induknya. Contoh tanaman yang sudah lazim diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman anggrek.
Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan
tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama atau seragam dengan induknya. Contoh tanaman yang sudah lazim diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman anggrek.
PEMBAHASAN
Tempat Tumbuh Biakan Vegetatif
Tempat
tumbuh yang dibutuhkan disesuaikan dengan jenis tanaman dan metode yang
digunakan (stek, okulasi, sambung dan grafiting), masing-masing memerlukan
kondisi khusus.
Beberapa
model tempat tumbuh yang telah digunakan dalam pembuatan bibit, diantaranya
ADH1 (Abidin dkk, 2007), KOFFKO (Subiakto et
al., 2005) dan rumah kaca dengan masing-masing kriteria yaitu:
1. Model
ADH1, dalam hal ini pengendalian intensitas cahaya, suhu dan kelmbaban secara
manual
2. Teknik
KOFFKO digunakan untuk jenis-jenis yang membutuhkan kondisi khusus seperti
intensitas cahaya optimal, kondisi suhu yang stabil, dengan kelembaban tinggi.
3. Pembuatan
okulasi dapat dilaksanakan di dalam rumah kaca atau di persemaian, berupa
bedengan dengan naungan yang cukup untuk menghindar dari penguapan maupun
curahan air hujan.
Media
Untuk
perkembangan dan pebanyakan secara Vegetatif terutama untuk stek dan cangkok
dapat menggunakan campuran media alami (Tanah, pasir, air), pupuk organik
(kotoran binatang, tanaman), atau limbah organik (sabut kelapa, sabut kelapa
sawit, arang sekam padi, gambut). Media diperlukan sebagai tempat untuk
berpijak tanaman, mampu mengikat air dan unsur hara, mempunyai drainase dan
aerasi yang baik, dapat mempertahankan kelembaban di sekitar akar tanaman,
tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman, mudah didapat dan harganya relatif
murah.
Sedangkan
untuk pembibitan secara kultur jaringan diperluka 2 macam media dasar yaitu
sebagai media multiplikasi tunas dalam keadaan steril (didalam laboratorium)
menggunakan media agar dengan penambahan gula, unsur mikro, unsur makro dan Zat
pengatur tumbuh (Djam’an, 2009)
Keuntungan Teknik Pembiakan Vegetatif
1. Memanfaatkan
potensi variasi secara genetik total untuk meningkatkan produksi, yakni dengan
penerapan teknik pembiakan vegetatif kinerja genotif yang baik dari induknya
akan dapat diulangi secara konsisten pada keturunannya.
2. Cara
untuk perbanyakan tanaman hasil persilangan yang memiliki pertumbuhan sangat
baik atau luar biasa.
3. Mengatasi
kekurangan benih untuk memproduksi bibit di persemaian.
4. Kemudahan
dalam perbanyakan, dapat dilakukan dengan penerapan teknologi yang murni serta
pelaksanaannya bisa dilakukan secara kontinu.
5. Sifat
tanaman baru akan sama persis dengan induknya
6. Lebih
cepat berproduksi
Kerugian Teknik Pembiakan Vegetatif
1. Tanaman
yang berasal dari stek ataupun mencangkok umumnya mempunyai sistem perakaran
yang kurang kuat
2. Perkembangbiakan
secara vegetatif dapat menghasilkan sedikit keturunan.
3. Bila
tanaman hasil reproduksi vegetatif dipotong ranting-rantingnya maka dapat
menyebabkan menurun pertumbuhannya.
0 komentar:
Posting Komentar